Dari
semua isu dalam bidang komunikasi, manjemen, dan kepemimpinan,
terdapat isu yang paling popular dari hal tersebut, yakni motivasi.
Motivasi menyangkut alas an-alasan mengapa orang mencurahkan tenaga
untuk melakukan suatu pekerjaan. Biasanya bidang ekonomi memusatkan
perhatiannya pada penggunaan efisien sumber daya; namun, satu asumsinya
adalah, setidaknya hingga ditemukannya teori efisiensi-X oleh
Leibenstein (1978), bahwa “perusahaan atau organisasi secara internal
efisien, yang berarti bahwa perusahaan atau organisasi itu menghasilkan
keluaran (output) maksimal bagi seperangkat sumber daya tertentu
(kadang-kadang disebut efisiensi teknis)”. Asumsi ini menimbulkan asumsi
sampingan bahwa organisasi pasti meminimalkan biaya.
Dari
kajian kepustakaan yang dilakukan Frantz (1988) mengenai efisiensi
internal, ditemukan sebagian unsur yang termasuk kedalam efisiensi-X,
diantarnya adalah :
- Kajian produktivitas,
yang
menunjukan bahwa perubahan sederhana dalam organisasi fisik dari
proses pruduktivitas suatu pabrik akan menimbulkan kenaikan
produktivitas kerja yang relative besar dan pengurangan biaya satuan
yang keluar.
- Alokasi sumber daya,
seperti arus kerja, kondisi pabrik menyangkut cahaya dan suhu,jam kerja, metode pembayaran gaji, penyerdehanaan kerja.
- Faktor pendekatan manejemen
sebagai factor oragnanisasi yang mempengaruhi kemampuan dan kemauan pekerja.
Dari sudut pandang ekonomi terdapat empat unsur kunci yang merupakan konsep usaha di tempat kerja, antara lain :
- Aktivitas (A) yang merupakan pekerjaan seseorang
- Kecepatan (K) melakukan aktivitas
- Presisi (P) Melakukan pekerjaan yang berkualitas
- Pola waktu (W) atau ritme melakukan pekerjaan
Efisiensi-X
, mengasumsikan, diperoleh lewat hubungan vertikal yang menumbuhkan
tekanan untuk berusaha lebih banyak, kepuasaan individu dari
menghindari tekanan tersebut dan kepuasan dari menerima persetujuan
penyelia.
Sementara hubungan horizontal menciptakan tekanan dalam dua cara :
- Melalui norma
semua anggota harus menanggung beban yang menjadi bagian mereka setelah mana mereka bekas bekerja segiat mungkin.
- Norma
Setiap
individu diharapkan bekerja sesedikit yang mereka inginkan, namun
mereka tidak boleh bekerja sedemikian giat sehingga membuat orang lain
kelihatan buruk.
TEORI MOTIVASI
Istilah
Motivasi merujuk kepada dasar yang mendorong tindakan. Satu perangkat
teori menganggap kekurangan kebutuhan sebagai kondisi pendorong yang
menimbulkan presdiposisi tertentu untuk berprilaku. Sementara suatu
teori lain menganggap harapan dalam lingkungan sebagai menimbulkan
bentuk-bentuk tertentu tujuan dan indakan ysng mengikutinya; teori
ketiga menganggap persepsi atas tempat kerja sebagai menimbulkan
bentuk-bentuk tertentu potensi yang mendorong tindakan.
Teori Defisiensi Motivasi
Sebagian
dari teori-teori paling lazim mengenai motivasi merujuk kepada
kebutuhan sebagai kekuatan pendorong perilaku manusia. Berikut adalah
beberapa teori yang menjelaskan tentang bagaimana kebutuhan berfungsi
memotivasi manusia.
Teori Hierarki
Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan kita terdiri dari lima kategori :
- fisiologis,
- keselamatan atau keamanan,
- rasa memiliki atau social,
- penghargaan,
- aktualisasi diri.
Menurutnya
kebutuhan-kebutuhan ini berkembang dalam suatu urutan hierarkis,
dengan kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling kuat hingga
terpuaskan. Kebutuhan ini mempunyai pengaruh atas kebutuhan-kebutuhan
lainnya selama kebutuhan tersebut tidak terpenuhi. Suatu kebutuhan pada
urutan paling rendah tidak perlu terpenuhi secara lengkap sebelum
kebutuhan berikutnya yang lebih tinggi menjadi aktif.
Menurut teori ini didapat 5 perangkat kebutuhan yang tersusun dalam suatu tatanan hierarkis, diantaranya adalah :
1. Kebutuhan akan aktualisasi diri
2. Penghargaan (esteem)
3. Kebutuhan akan rasa memiliki (belong-ing)
4. Keselamatan dan keamanan
5. Kebutuhan fisiologis
Teori ERG
Alderfer (1972) mengemukakan tiga kategori kebutuhan. Kebutuhan tersebut adalah ;
- Eksistence (E) atau Eksistensi
Meliputi kebutuhan fisiologis sepeerti lapar, rasa haus, seks, kebutuhan materi, dan lingkungan kerja yang menyenangkan.
- Relatedness (R) atau keterkaitan
Menyangkut hubungan dengan orang-orang yang penting bagi kita, seperti anggota keluarga, sahabat, dan penyelia di tempat kerja.
- Growth (G) atau pertumbuhan
Meliputi kenginginan kita untuk produktif dan kreatif dengan mengerahkan segenap kesanggupan kita.
Alderfer menyatakan bahwa :
Pertama
: bila kebutuhan akan eksistensi tidak terpenuhi, pengaruhnya mungkin
kuat, namun kategori-kategori kebuthan lainnya mungkin masih penting
dalam mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan.
Kedua : meskipun suatu kebutuhan terpenenuhi, kebutuhan dapat berlangsung terus sebagai pengaruh kuat dalam keputusan.
Teori Kesehatan-Motivator
Herzberg
(1966) emncoba menentukan factor-faktor apa yang mempengaruhi motivasi
dalam organisasi. Ia menemukan dua perangkat kegiatan yang memuaskan
kebutuhan manusia :
1. Kebutuhan yang berkaitan dengan kepuasan kerja atua disebut juga motivator
Meliputi
prestasi, penghargaan, tanggung jawab, kemajuan atau promosi,
pekerjaan itu sendiri, dan potensi bagi pertumbuhan pribadi. Bila
factor ini tidak ada di tempat kerja, pegawai akan kekurangan motivasi,
namun tidak berarti tidak puas dengan pekerjaan mereka.
2. Kebutuhan yang berkaitan dengan ketidakpuasan kerja
Disebut
juga factor pemeliharaan (maintenance) atau kesehata (hygiene),
meliputi gaji, pengawasan, keamanan kerja, kondisi kerja, administrasi,
kebijakan organisasi, dan hubungan antar pribadi dengan rekan kerja,
atasan, dan bawahan ditempat kerja. Faktor ini berkaitan dengan
lingkungan atau konteks pekerjaan alih-alih dengan pekerjaan itu
sendiri. Bila factor ini ditanggapi secara positif, pegawai tidak
mengalami kepuasan atau tampak termotivasi; namun bila factor-faktor
tersebut tidak ada, pegawai akan merasa tidak puas.
TEORI HARAPAN DAN MOTIVASI
Teori Harapan
Vroom
(1964) mengembangkan sebuah teori motivasi berdasarkan kebutuhan
infernal, tiga asumsi pokok Vroom dari teorinya adalah sebagai berikut :
- Setiap individu percaya bahwa bila ia berprilaku dengan cara tertentu, ia akan memperoleh hal tertentu. Ini disebut sebuah harapan hasil (outcome expectancy) sebagai penilaian subjektif seseorang atas kemungkinan bahwa suatu hasil tertentu akan muncul dari tindakan orang tersebut.
- Setiap hasil mempunyai nilai, atau daya tarik bagi orang tertentu. Ini disebut valensi (valence) sebagai nilai yang orang berikan kepada suatu hasil yang diharapkan.
- Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa sulit mencapai hasil tersebut. Ini disebut harapan usaha (effort expectancy) sebagai kemungkinan bahwa usaha seseorang akan menghasilkan pencapaian suatu tujuan tertentu.
Motivasi dijelaskan dengan mengkombinasikan ketiga prinsip ini. Orang akan termotivasi bila ia percaya bahwa :
- Suatu perilaku tertentu akan menghasilkan hasil tertentu
- Hasil tersebut punya nilai positif baginya
- Hasil tersebut dapat dicapai dengan usaha yang dilakukan seseorang
Dengan
kata lain Motivasi, dalam teori harapan adalah keputusan untuk
mencurahkan usaha. Nadler dan Lawler (1976) atas teori harapan
menyarankan beberapa cara tertentu yang memungkinkan manejer dan
organisasi menangani urusan mereka untuk memperoleh motivasi maksimal
dari pegawai :
- Pastikan jenis hasil atau ganjaran yang mempunyai nilai bagi pegawai
- Definisikan secara cermat, dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dan diukur, apa yangdinginkan dari pegawai
- Pastikan bahwa hasil tersebut dapat dicapai oleh pegawai
- Kaitkan hasil yang dinginkan dengan tingkat kinerja yang di inginkan
- Pastikan bahwa ganjaran cukup besar untuk memotivasi perilaku yang penting
- Orang bekinerja tinggi harus menerima lebih banyak ganjaran yang diinginkan daripada orang yang berkinerja rendah
Related Article:
0 comments:
Post a Comment